Bungo – Situasi panas terjadi di Dusun Sungai Beringin, Kecamatan Pelepat, Kabupaten Bungo. Datuk Rio M. Sabawaihi bersama Ketua BPD dan sejumlah tokoh adat diduga sempat ditahan dan dipaksa menandatangani surat pengunduran diri oleh sekelompok warga, usai mereka mencoba memediasi sengketa antara masyarakat dengan PT KMP.
Dalam laporan resmi yang diterima redaksi media online Potret.co.id, Datuk Rio menjelaskan bahwa pada Selasa (16/9/2025), sekelompok masyarakat yang dikoordinir Hendro Zami dan Salim menuntut fee dan perbaikan jalan kepada PT KMP. Karena tuntutan belum dipenuhi, kelompok itu menyita kunci alat berat dan truk milik perusahaan sehari setelah melakukan aksi demo.
Pihak perusahaan kemudian melaporkan insiden tersebut ke Polres Bungo. Aparat bersama Datuk Rio dan Ketua BPD diminta membantu mengembalikan alat berat serta truk yang ditahan warga. Namun, niat baik tersebut justru berbalik menjadi masalah. Rio dituding memihak perusahaan karena mengajak warga mengembalikan barang milik PT KMP.
Pada malam harinya, sekitar pukul 22.30 WIB, keadaan memanas. Menurut laporan yang ditandatangani Datuk Rio, ia bersama Ketua BPD dan beberapa Nenek Mamak setempat dibawa oleh kelompok tersebut, lalu dipaksa menandatangani surat pengunduran diri.
“Kami berada dalam kondisi tertekan, diancam, bahkan ditahan. Dengan terpaksa kami menandatangani surat itu,” tulis Rio dalam laporannya.
Rio menyampaikan bahwa kehadirannya saat itu semata-mata untuk mencari solusi damai dan melindungi kepentingan masyarakat sekaligus menjaga hubungan baik dengan pihak perusahaan. Namun langkahnya justru disalahartikan, sehingga keselamatan dirinya dan para tokoh dusun menjadi terancam.
Melalui suratnya yang ditujukan kepada Bupati Bungo dan ditembuskan ke Polres, Dinas PMD, Camat Pelepat, dan Polsek setempat, Rio memohon arahan serta perlindungan.
“Kami berharap Bapak Bupati dapat memberikan petunjuk dan membantu menyelesaikan masalah ini agar keamanan dan ketenteraman Dusun Sungai Beringin dapat kembali pulih,” tulisnya.
Peristiwa ini menuai keprihatinan banyak pihak. Konflik antara masyarakat dan perusahaan diharapkan dapat segera ditangani secara adil tanpa mengorbankan keselamatan aparatur desa maupun tokoh adat. Penyelesaian yang bijak menjadi kunci agar situasi tidak semakin memanas dan membahayakan stabilitas di wilayah tersebut.
Penulis: Mey Landry