Bungo – Para petani yang mayoritas merupakan penduduk Dusun Empelu, Kecamatan Tanah Sepenggal, Kabupaten Bungo, dibuat resah akibat kondisi air sawah di daerah Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas yang mendadak berubah keruh pekat. Sawah tempat mereka menanam padi kini terancam gagal panen. Kondisi keruh tersebut diduga kuat akibat aktivitas Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) menggunakan rakit di bendungan sumber pengairan sawah.
Para petani menyebut keruhnya air sudah berlangsung beberapa hari. Lumpur dan kotoran yang terbawa arus membuat air tidak lagi layak untuk mengairi tanaman padi. Jika terus dibiarkan, mereka khawatir padi-padi yang sedang tumbuh akan mati sebelum waktu panen tiba.
“Airnya bukan keruh lagi, sudah seperti kopi susu. Padi kami bisa mati kalau air begini terus. Kami ini hanya petani, hidup dari sawah. Tolonglah, jangan tunggu padi kami mati semua,” ungkap salah satu petani dengan nada kecewa.
Warga juga menuding bahwa sejumlah rakit PETI yang beroperasi di bendungan tersebut diduga milik salah seorang perangkat desa dari Dusun Sungai Mancur, Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas. Mereka menyayangkan jika benar oknum perangkat desa ikut terlibat dalam aktivitas ilegal yang merugikan masyarakat luas.
“Kami heran, masa perangkat desa ikut-ikut PETI? Air sawah rusak, kalau padi mati siapa nanti yang ganti rugi? Kami petani cuma bisa pasrah kalau begini,” keluh petani lainnya.
Para petani meminta perhatian serius dari pemerintah kecamatan, pihak desa, Polsek, serta Pemerintah Kabupaten Bungo untuk segera menertibkan aktivitas PETI. Mereka berharap langkah cepat diambil sebelum semua tanaman padi rusak total.
“Kami minta aparat jangan diam saja. Ini dampaknya sudah jelas, padi bisa mati. Tolong segera ditindak sebelum makin parah,” tegas para petani.
Warga Dusun Empelu menegaskan bahwa mereka tidak menolak usaha masyarakat, namun aktivitas PETI dengan rakit telah merusak lingkungan dan mengancam mata pencaharian mereka.
Dengan kondisi ini, masyarakat berharap pihak terkait segera turun tangan, menindak para pelaku PETI, dan menghentikan operasi rakit yang merusak sumber air irigasi. “Kami butuh tindakan nyata. Jangan biarkan PETI seenaknya merusak kehidupan kami,” tutup seorang petani. (#)
Penulis: Mey Landry